Sabtu, 14 Februari 2015

KUTUB UTARA BERGESER ?
        
      Ada sebuah hipotesis pergeseran kutub yang berisi bahwa poros rotasi planet tidak selalu berada di tempat yang sama; dengan kata lain, kutub planet telah atau akan "bergeser". Hipotesis pergeseran kutub lebih banyak didiskusikan dalam konteks bumi. Namun obyek-obyek lain di Tata surya mungkin pernah mengalami reorientasi poros.
       Hipotesis ini telah menarik perhatian dalam ilmu semu karena usul bahwa perubahan posisi kutub dapat menjelaskan beberapa bencana pada masa lalu, seperti banjir besar dan gempa bumi.Di antara komunitas ilmu pengetahuan, bukti menunjukan bahwa tidak pernah terjadi pergeseran kutub yang cepat dalam 200 juta tahun terakhir.Pergeseran kutub yang cepat mungkin pernah terjadi 800 juta tahun yang lalu,ketika benua Rodinia masih ada.

Pergeseran kutub yang lambat hanya akan menyebabkan perubahan iklim global. Namun, pergeseran kutub yang cepat akan menyebabkan kehancuran akibat gempa bumi dan tsunami. Pergeseran kutub sering dianggap sebagai salah satu ancaman bagi umat manusia.


Pergeseran kutub ini disinyalir disebabkan oleh perubahan iklim, Perubahan iklim menyebabkan lokasi kutub utara bergeser dan mengakibatkan terjadinya perubahan pada rotasi Bumi. Temuan ini mengindikasikan bahwa pemantauan posisi kutub bisa menjadi alat baru untuk melacak pemanasan global.

Jianli Chen, peneliti dari University of Texas at Austin dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa mencairnya gletser akibat emisi gas rumah kaca yang disebabkan manusia telah berkontribusi terhadap pergeseran kutub tersebut.

Sejak pertamakali diamati pada tahun 1899, posisi kutub utara telah bergeser ke arah selatan sebanyak 10cm per tahun mengikuti garis longitude barat 70 derajat, sebuah garis maya yang melintasi kawasan timur Kanada.

Pergeseran ini disebabkan perubahan distribusi massa pada bagian kerak Bumi yang mulai kembali setelah berubah pada abad es terakhir. Namun demikian, Chen dan timnya menemukan hal yang mengejutkan.

Pada tahun 2005, pergeseran ke arah selatan ini mendadak berganti arah. Kutub utara mulai bergerak ke arah timur dan terus bergerak ke arah tersebut sampai saat ini. Secara total, sejak tahun 2005, pergeseran itu telah mencapai jarak sekitar 1,2 meter.

"Melelehnya es dan perubahan ketinggian air laut bisa menjelaskan 90 persen pergeseran kutub ke arah timur," kata Chen. "Namun faktor pendorong perubahan mendadak adalah perubahan iklim," ucapnya. Dari kalkulasi Chen dan timnya, kontributor terbesarnya adalah melelehnya lapisan es di kawasan Greenland, yang kehilangan sekitar 250 gigaton es per tahunnya. 







     Mengenai hal ini, Alangkah baiknya kita sebagai salah satu penghuni di bumi ini lebih peka terhadap kelestarian lingkungan dengan menjaga walaupun dengan hal yang kecil seperti mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, membuang sampah pada tempatnya , merawat tanaman di sekitar rumah.

Jumat, 30 Januari 2015



Misteri Lubang-Lubang di dekat Kutub

Misteri Lubang Raksasa di Ujung Utara Bumi Akhirnya Terkuak
Sejumlah lubang atau kawah misterius bermunculan di daerah Siberia, Rusia.Para ilmuwan belum bisa menjelaskan secara pasti terbentuknya kawah misterius yang muncul di kawasan Semenanjung Yamal, yang muncul beberapa waktu lalu.
kawah ke dua ditemukan di Distrik Taz, Yamal, dengan diameter sekitar 15 meter. Dalamnya diperkirakan 60 meter hingga 100 meter.
Sementara kawah ke tga ditemukan di Semenanjung Taymyr, tepatnya di kawasan Kransoyark, dengan diameter sekitar empat meter. Menurut penduduk lokal, lubang tersebut terbentuk 27 September 2013.
Kedua kawah terakhir ditemukan oleh para penggembala rusa yag hampir terjerembab ke lubang raksasa itu. Sementara, kawah pertama yang telah membetot perhatian dunia terletak sekitar 32 kilometer dari pabrik eksplorasi gas di Bovanenkov. Dua lubang yang ditemukan belakangan memang ukurannya lebih kecil. Namun, bentuk ke tiga lubang misterius ini relatif sama. Dengan kemunculan dua lubang ini, tantangan bagi ilmuwan Rusia untuk memecahkan teka-teki terbentuknya kawah-kawah misterius ini semakin bertambah.
Sebelumnya, sejumlah terori mengemuka untuk menjelaskan kawah-kawah raksasa yang misterius ini. Mulai tumbukan meteorit ke bumi, keberadaan alien, hunjaman rudal, buatan manusia, hingga ledakan gas metan atau gas di dalam bumi.
Namun, banyak ilmuwan yang meyakini terbentuknya kawah raksasa ini akibat memuainya gas di dalam labisan es di bawah tanah karena perubahan suhu, atau lebih tepatnya karena pemanasan global. Namun, belum ada kesimpulan yang pasti.
Semenanjung Yamal atau yang dalam bahasa bahasa lokal berarti 'ujung bumi' memang kaya akan gas alam. Daerah di ujung utara Rusia ini menjadi tambang utama gas alam bagi negeri Beruang Merah itu.
 Lubang-lubang Misterius Terus Muncul di Dekat Kutub Utara

      Tetapi setelah melakukan penelitian, para ilmuwan menyimpulkan bahwa kawah misterius yang menganga dengan diameter 100 meter itu bukan disebabkan karena tumbukan meteorit.
Menurut sumber, kawah itu terjadi karena kelebihan tekanan gas, karena di daerah tersebut mengalami perubahan suhu. Peneliti dari Pusat Penelitian Ilmiar Artik, Andrei Plekhanov, mengatakan daerah di sekitar lubang itu memang kaya akan gas alam.
Karena suhu di sekitarnya berubah, maka terjadilah tekanan gas di dalam tanah dan menyebabkan letupan. Sebelum membuat kesimpulan ini, Plenkhanov dan peneliti lain telah melakukan observasi ke Semenanjung Yamal itu pada Rabu yang lalu.
Menurut Plenkhanov, 80 persen material di sekitar dari lubang itu adalah es. Sehingga temuan ini membantah dugaan kemungkinan tumbukan meteorit yang menyebabkan terbentuknya lubang raksasa itu.

Para ahli lebih berkeyakinan kawah itu terbentuk karena faktor pemanasan global. Gas di bawah permukaan tanah terlepas, yang kemudian meledak seperti gabus sampanye. Sementara aksen gelap di dalam lingkaran lubang itu mengindikasikan kebakaran hebat yang menghanguskan dinding-dinding lubang.

Sementara itu, Anna Kurchatova, ilmuwan dari Pusat Penelitian Sub-Artik, mengatakan material di sekitar kawah itu terbentuk dari campuran antara air, garam, dan gas, yang memicu ledakan di bawah tanah akibat pemanasan global. Gas terakumulasi di dalam es yang bercampur dengan pasir di bawah permukaan dan kemudian bercampur dengan garam.
Pada 10 ribu tahun silam, daerah ini merupakan lautan. Pemanasna global kemungkinan telah menyebabkan lelehnya es di bawah permukaan, melepaskan gas dan menyebabkan efek ledakan seperti gabus penutup boto sampanye.